Senin, 10 April 2017

TERUNTUK ANAK RANTAU !! Ibu Merindukan Kita di Rumah Dan Selalu Berdoa Untuk Anaknya... Berikut Renungan Dan Doa Untuk Orang Tua


Ini adalah sebuah renungan bagi anak rantau, termasuk diri penulis sendiri, tentang kerinduan seorang ibu di kampung, yang ditinggalkan anak terkasihnya. Tulisan ini akan menunjukkan betapa rindunya seorang ibu kepada anaknya, yang mungkin tidak kita semua rasakan, karena tidak memperhatikan.

1. Ibu merasa ada yang hilang ketika anaknya merantau
Ya, hari-hari yang biasanya diisi oleh pembicaraan dengan anaknya, rengekan minta uang dari anaknya, pergi ke pasar yang diantar anaknya, kecupan di tangannya ketika hendak berangkat sekolah, tiba-tiba hilang begitu saja. Kenangan-kenangan ini membayangi hari-hari pertama seorang ibu yang ditinggal merantau anaknya. Bahkan bisajadi ia tidak nyenyak tidur memikirkan kondisi kita semua.
2. Khawatir yang berlebihan
Adalah wajar seorang ibu khawatir kepada anaknya. Hari pertama berangkat merantau, di hari itu pasti ibu menanyakan keadaan kita, sudah sampai di lokasi atau belum, bekal makanan cukup atau tidak, uang saku bagaimana, dan sebagainya. Ketika di kampung terjadi bencana, misalnya gempa, meski tidak sampai di tempat rantau, ibu bisa panik luar biasa, karena tidak mau terjadi apa-apa dengan anaknya. Apalagi jika ia melihat berita di televisi bahwa ada kejadian buruk di kota rantau kita, bertambah gusar hati ibu di sana.

3. Belajar menggunakan handphone atau media lain untuk menghubungi kita
Bagi beberapa ibu yang tadinya tidak begitu penting urusan komunikasi dengan handphone, ia harus belajar menggunakannya hanya untuk menghubungi kita. Bahkan mungkin juga dengan media sosial kekinian, ia terpaksa membuat akun untuk dapat melihat aktivitas kita. Maka jangan heran jika suatu hari ada permintaan pertemanan dari seseorang yang ternyata adalah ibu kita sendiri, ia hanya ingin mengetahui apa yang kita lakukan di sini. Maka adalah salah ketika ibu menelepon kita, lantas kita tidak melayani dengan alasan yang tidak diterima, ibu hanya rindu pada kita.

4. Ibu akan repot luar biasa ketika mendengar berita kamu akan pulang
Betapa bahagianya hati seorang ibu ketika mendengar anak yang sudah lama ia rindukan akan pulang dalam waktu yang dekat. Ibu berusaha mempersiapkan tempat tidur kamu, membersihkan kamar kita, membeli sesuatu untuk kita makan nanti, dan lain-lain. Ia ingin ketika kita pulang, kamu suka dengan kondisi rumah.

5. Ibu selalu mendoakan kita di sepertiga malamnya
Ketika mulai berusaha menahan rasa rindunya, dan mencoba melepaskan kita, ibu melakukannya dengan curhat di hadapan Allah, Tuhan yang Maha Mendengar. Ia mendoakan kita di sana, memohon kebaikan kita. Maka jangan heran jika di suatu malam saat kamu tertidur, seperti ada yang memanggil nama kamu, yang menjadikan kamu terbangun. Bisa jadi di saat itu ibu sedang meluapkan kerinduannya lewat Tuhan, dan Tuhan menyalurkannya kepada kita. Maka bangunlah dan sambutlah doanya dengan juga mendoakannya di malam itu juga.

6. Terkadang ibu merasa kamu akan pergi selamanya
Kadang rasa rindu yang ditahannya menyebabkannya merasa bahwa ia harus merelakan kita. Terkadang ibu merasa kita tak akan kembali lagi, apalagi jika suatu hari kita pergi karena pernikahan. Rasanya berhenti sudah perannya sebagai ibu. Anak yang paling disayanginya sudah punya keluarga sendiri, dan pasti akan sangat jarang mengunjungi.

Pada intinya, ketika kita berada di perantauan, ada ibu atau keluarga yang merindukan kita di sana, yang terus mendoakan kita di sana. Maka, apakah benar jika di tempat rantau kita bertindak sesuka kita? Ibu menyimpan harapan besar kepada anaknya, dan adalah wajib bagi kita untuk mewujudkan harapannya. Ketika kita pulang kampung nanti, berikanlah senyum terbaik untuk ibu, dan berilah ia kabar gembira.

Do'a Dan Hal Yang Harus Dilakukan Terhadap Orang Tua

Dan diantara golongan yang berhak mendapat kasih sayang dari kita adalah kedua orang tua kita sendiri. Benar, ya Ikhwan, kedua orang tua kita adalah orang yang paling berhak untuk kita sayangi. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan dari atas tujuh langit.

Allah Berfirman:
(( وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُوا إِلآ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا …))

“Dan Rabbmu telah memerintahkan, supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya…!”[QS. Al Israa’: 23]

Kata ( إِحْسَانًا ) ‘ihsaanan’ datang dalam bentuk nakirah, menunjukkan umum, berbuat baik dari segala sisi. Kita diperintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua kita..

Dalam ayat yang lain, Allah berfirman:
(( اخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil..!’.” [QS. Al-Israa’:24]

Kita diperintahkan untuk menyayangi kedua orang tua. Hendaklah kita benar-benar menyadari, bahwasannya keberadaan kedua orang tua di sisi kita merupakan nikmat yang besar dari Allah Subahanahu wa Ta’ala. Nikmat yang agung dari Allah. Allah masih mengijinkan kita untuk melihat kedua orang tua kita, semua adalah rahmat dari Allah. Suatu nikmat yang tidak mungkin dapat kita beli dengan seisi dunia ini.

Lalu, bagaimana cara menyayangi kedua orang tua kita? Kita dapat menyayangi kedua orang tua kita dengan beberapa hal, diantaranya.

1. Berkata yang baik kepada kedua orang tua

Yang pertama, seseorang tidak akan mampu menyayangi kedua orang tuanya, kecuali dengan berkata baik kepada mereka. Berkata baik kepada keduanya.

Sungguh Allah telah memeperingatkan kita dari atas tujuh langit. Allah Subahanahu wa Ta’ala telah mengingatkan seluruh anak dari atas ‘Arsy. Allah berfirman:
((… وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا …))

“… dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik..!” [QS. Al Isra’: 23]

2. Membahagiakan kedua orang tua

Kemudian yang kedua, seseorang tidak mungkin bisa menyayangi kedua orang tuanya, kecuali dengan mebahagiakannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

وَأَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللهِ سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ، أَوْ تَكْشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً، أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْناً، أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوْعًا

“Dan pekerjaan yang paling dicintai Allah adalah menggembirakan seorang muslim, atau menjauhkan kesusahan darinya, atau membayarkan hutangnya, atau menghilangkan laparnya..” [HR. Ath Thabrani di dalam Al Mu’jam Al Kabir, no. 13646]

3. Mendoakan mereka

Cara selanjutnya untuk menyayangi kedua orang tua adalah dengan mendoakan mereka di saat mereka masih hidup, maupun ketika keduanya telah tiada. Jangan sekali-kali kita mengira dan menduga , bahwa berbakti kepada kedua orang tua bisa berhenti ketika mereka berdua telah wafat. Akan tetapi, berbakti kepada kedua orang tua tetap ada, selama Sang Anak itu hidup.

Walaupun orang tua telah meninggal, berbakti kepada keduanya tetap ada, tetap wajib, yaitu dengan mendoakan mereka. Orang tua kita sangat butuh akan doa anaknya, apalagi di saat keduanya telah berada di alam kubur; karena kita tidak tahu keadaan mereka di alam kubur yang tentu sangat membutuhkan doa anaknya. Mereka sangat butuh, hanya saja mereka tidak mampu menyampaikannya kepada kita.

Ingatlah, tidaklah kita mendoakan orang tua kita, melainkan anak-anak kita akan juga mendoakan kita di saat kita merasakan kegelapan di alam kubur. Tidaklah kita mendoakan kedua orang tua kita, kecuali Allah ciptakan untuk kita generasi yang akan mendoakan kita nantinya.


VIDEO HEBOH !! Para Pria Mencoba Alat Simulator Melahirkan Yang Dapat Merasakan Rasa Sakit Ketika Melahirkan, INI JAWABAN Mengapa Tuhan Memberikan Fitrah Melahirkan Pada Wanita...


Seringkali wanita menangis karena pria, entah karena dikecewakan oleh sikapnya, atau dilukai dengan perkataannya, bahkan ditinggalkan. Ada sebuah renungan yang mungkin sangat berarti untuk dibagikan pada seluruh sahabat agar lebih menghormati dan menghargai wanita.

Suatu hari, seorang pria berdoa dalam keadaan marah dan emosi. Ia sebal pada pasangannya yang seringkali menangis dan memanfaatkan air mata di setiap perdebatannya. Ia bosan. Sungguh bosan. 

Baca Juga:
Melahirkan, Perjuangan Hidup Mati Ibu untuk Sang Buah Hati

Perjuangan seorang ibu untuk melahirkan sang buah hati sering diibaratkan sebagai perjuangan hidup dan mati. Mungkin agak berlebihan, tetapi tidak bisa dipungkiri ada banyak risiko yang dihadapi para ibu selama proses persalinan.

Bayangkan saja, sejak bulan-bulan pertama kehamilan sang ibu sudah harus merasakan morning sickness atau mual muntah dan gampang pusing di pagi hari. Belum lagi jika ngidam makanan yang susah dicari, si ibu jugalah yang menanggung semuanya.

Kurang lebih 9 bulan kemudian, fase melahirkan pun tiba dan perjuangan hidup dan mati segera dimulai. Nyeri perut bagian bawah akan menjalar sampai ke belakang, disertai rasa ingin buang air besar yang disertai keluarnya lendir atau bahkan darah.

Fase ini bisa berlangsung selama 12 jam untuk anak pertama, atau lebih pendek yakni sekitar 6 jam untuk anak kedua dan seterusnya. Selama itu pula, ibu menahan rasa sakit hingga pecah ketuban. Kadang-kadang, ketuban pecah duluan sebelum fase melahirkan selesai.

Besaran rasa sakit saat melahirkan bersifat sangat individual. Ini sangat wajar. Di ujung masa kehamilan, otot-otot di daerah rahim akan berkontraksi untuk membuka jalan lahir bagi bayi. Saat berkontraksi, otot akan mengerut kencang sehingga menghambat aliran darah di dalamnya.

Ingin tahu seperti apa rasanya? Kesakitan yang ditimbulkan oleh kontraksi otot rahim kurang lebih mirip dengan rasa yang muncul ketika jemari diikat karet dengan kencang. Terhentinya aliran darah, itulah yang menyakitkan. “Melahirkan memang sakit dan itu pasti,” jelas dr Achmad Mediana SpOG.

Tiap perempuan akan mengalami rasa sakit yang berbeda derajatnya sepanjang proses melahirkan. Ada yang di pembukaan satu dan dua saja sudah sangat kesakitan. “Tetapi, ada juga yang sudah bukaan delapan hingga bayi keluar sempurna, justru tak merasakan sakit yang berarti,” ucap dokter spesialis kebidanan dan kandungan yang berpraktik di Kemang Medical Centre ini.

Meski demikian, Dr Frits tidak tahu persis mengapa disebut sebagai perjuangan hidup dan mati. Dalam prosesnya memang terkadang terasa sangat sakit, namun semua itu terbayar lunas dengan kebahagiaan saat buah hatinya lahir dalam kondisi sehat.

Saat ini sudah diciptakan alat yang mampu memberikan rasa yang hampir sama dengan apa yang dirasakan para ibu ketika akan melahirkan. Walaupun tidak 100% sama, alat ini dapat memberikan tingkatan sakit yang berbeda ketika melahirkan normal yang cepat dan rasa sakit ketika janin sulit keluar yang biasanya dokter memutuskan untuk operasi. 

Pada video dibawah beberapa pria mencoba merasakan alat tersebut untuk merasakan rasa sakit yang dirasakan para wanita ketika melahirkan. Kuat kah para pria tersebut?

Semoga Video ini dapat menjadi renungan kita bersama bagaimana perjuangan para ibu dalam melahirkan anaknya kedunia yang inidah ini... Amiinn

Berikut videonya :


KISAH MENGHARUKAN !! Ayah Gendong 2 Anaknya yang Wafat Akibat Gas Beracun di Suriah Akibat Perang


Seorang pria terekam kamera sedang menggendong tubuh anak kembarnya yang meninggal dunia akibat serangan gas di Suriah. Pria yang sedang berduka itu bernama Abdul Hamid Youssef. Dia kehilangan Ahmed serta sang putri, Aiya. Serangan gas beracun pada Selasa, 4 April 2017 itu juga menyebabkan 18 anggota keluarganya, termasuk istrinya, meninggal dunia.

Dari foto yang diunggah laman media Inggris, Metro, Youssef tampak menggendong kedua anaknya yang telah terbungkus kain putih. Warga sekitar yang selamat juga terlihat mengelilingi keluarga tersebut.Youssef meminta dunia internasional untuk mengutuk orang-orang di balik serangan mematikan tersebut. Sebab, sedikitnya 72 orang tewas dan banyak lainnya yang terluka dalam serangan yang diduga menggunakan gas beracun Sarin.


Sejauh ini, baik intelijen Amerika Serikat maupun pasukan Rusia di Suriah menuduh pasukan pemerintah Presiden Bashar al-Assad berada di balik serangan gas beracun itu. Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mendukung pernyataan tersebut dengan mengklaim serangan gas beracun dilakukan pesawat tempur milik militer Suriah.

Sarin adalah gas saraf buatan manusia yang menyebabkan rasa sakit yang menyiksa tak terbayangkan. Sarin tidak dapat dilihat atau dirasa. Gas beracun ini mudah diserap tubuh hanya dengan terpapar saja.

Ya Allah.., Aku Sangat Mencintai Ibuku Jadi Izinkan Aku Membahagiakannya...AMIN ! Artikel Ini Memberikan Penjelasan Tentang Ibu Dan Sebagai Pedoman Membahagiakan Ibu... Baca Bagi Yang Ingin Membahagiakan Ibu!


Bingkai Redaksi - Ibu, dialah sumber kasih sayang; mengasuh dan memberi tanpa batas. Dialah prajurit malam yang selalu berjaga dan terjaga. Menemani ketidakberdayaan kita. Dia yang selalu mendahulukan anaknya dari dirinya sendiri, mencintai tanpa menuntut balas.

Subhanallah… Inilah Kemuliaan Ibu dalam Kosa Kata Al Qur’an

وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman : 14)

    Ibu, dialah sumber kasih sayang; mengasuh dan memberi tanpa batas. Dialah prajurit malam yang selalu berjaga dan terjaga. Menemani ketidakberdayaan kita. Dia yang selalu mendahulukan anaknya dari dirinya sendiri, mencintai tanpa menuntut balas. Ibu, sebuah kata yang jujur nan kuat, diucapkan semua makhluk hidup dalam bahasanya masing-masing. 

    Dengan kata ‘ibu’ pada makhluk itu mendapatkan kasih sayang, ketulusan hati, kehangatan, pengorbanan, cinta yang agung, yang dicipta dan ditumbuhkan Allah dalam diri semua ibu terhadap anak-anaknya. Karena itu, Allah SWT berwasiat kepada manusia untuk taat kepadanya, seperti juga Rasul-Nya telah berpesan agar kita senantiasa berbakti kepadanya.

    Ada dua kata yang selalu dipakai Al Qur’an untuk menyebutkan ibu: “Umm” dan “Walidah”. Kata “umm”, digunakan Al Qur’an untuk menyebutkan sumber yang baik dan suci untuk hal yang besar dan penting. Maka Makkah Al Mukarramah disebut “Ummul Qura” karena kota ini adalah tempat turunnya risalah yang diberikan Allah azza wa Jalla kepada Islam, yang merupakan inti ajaran para rasul dan semua risalah. Allah berfirman,


    وَهَٰذَا كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ مُّصَدِّقُ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَلِتُنذِرَ أُمَّ الْقُرَىٰ وَمَنْ حَوْلَهَا ۚ وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ يُؤْمِنُونَ بِهِ ۖ وَهُمْ عَلَىٰ صَلَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ
    “Dan ini (Al Quran) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. Orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Quran) dan mereka selalu memelihara sembahyangnya.” (QS. Al An’am : 92) 

    Imam As Suddi mengatakan, disebut Ummul Qura’, kerena Makkah rumah yang pertama kali dibangun di tempat itu.

    Allah juga menyebutkan kata “umm” untuk sesuatu yang menghimpun ilmu-Nya, yaitu pada lafaz “Ummul Kitab”. Allah berfirman,

    يَمْحُو اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ ۖ وَعِندَهُ أُمُّ الْكِتَابِ
    “Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nyalah terdapat Ummul Kitab (Lauh Mahfuzh).” (QS. Ar Raad : 39)

    Pada kerangka inilah, Al Qur’an kemudian membedakan antara kata “umm” dan “walidah”, di mana Allah menyebut “walidah” kepada perempuan yang melahirkan anak, tanpa melihat karakter dan sifatnya yang baik atau yang buruk. Karena ternyata ada juga segelintir ibu yang tak punya hati terhadap anaknya. Kata “walidah” digunakan hanya karena adanya proses melahirkan, baik bagi manusia maupun makhluk lain, dengan keadaan-keadaan yang menyertainya; hamil dan menyusui, seperti firman Allah,

    وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ ۖ لِمَنْ أَرَادَ أَن يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ ۚ وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَا تُضَارَّ وَالِدَةٌ بِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُودٌ لَّهُ بِوَلَدِهِ ۚ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذَٰلِكَ ۗ فَإِنْ أَرَادَا فِصَالًا عَن تَرَاضٍ مِّنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا ۗ وَإِنْ أَرَدتُّمْ أَن تَسْتَرْضِعُوا أَوْلَادَكُمْ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِذَا سَلَّمْتُم مَّا آتَيْتُم بِالْمَعْرُوفِ ۗ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
    “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Baqarah : 233)

    Ibu yang dibahasakan “walidah” inilah tempat menumpahkan segala bakti, pemuliaan, tanpa membedakan apakah ia baik atau tidak. Allah berfirman,

    وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
    “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al Isra : 23)

    Bahkan meskipun si ibu adalah seorang pelaku maksiat dan kafir.

    Adapun “umm”, seperti telah disebutkan di atas, Al Qur’an menggunakannya untuk
    menyebutkan sesuatu yang menjadi sumber kemuliaan, merupakan simbol pengorbanan, penebusan, kesucian, kejernihan, cinta dan kasih sayang. Sumber yang menjadikan seseorang tumbuh menjadi manusia yang terhormat, menemukan kemuliaan dan bangga menisbahkan dirinya kepada ibu yang melahirkannya. Mari kita perhatikan perbedaan  itu ketika Isa alaihissalaam bicara soal kewajiban berbakti dan menghormati ibu, dimana Allah SWT berfirman,

    وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا
    “dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. Maryam : 32)

    Namun ketika Al Qur’an mengisahkan tentang Isa as dan tentang karakter dan sifat ibunya yang mulia, Ia menggunakan kata “umm”. Allah berfirman,

    مَّا الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيقَةٌ ۖ كَانَا يَأْكُلَانِ الطَّعَامَ ۗ انظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ الْآيَاتِ ثُمَّ انظُرْ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ
    “Al Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu).” (QS. Al Maidah : 75)

    Pun ketika Al Qur’an hendak menarik perhatian anak-anak agar memperhatikan ibu yang telah melahirkannya dengan segala kendala dan kesulitan, Al Qur’an menggunakan kata “umm”. Karena dari ibu,  memancarkan cahaya kesabaran dan kemuliaan pada hari kiamat, sehingga kita diperintahkan untuk memuliakannya di dunia dengan pemuliaan yang mutlak dan tanpa batas.

    Di sini kita bisa melihat betapa indahnya bahasa Al Qur’an. Ketika ia berpesan kepada kita untuk berbakti kepada orang tua, Al Qur’an menggunakan kata “al walidain”, tapi setelah itu ia menyebut ibu dengan kata “umm” karena keutamaannya lebih di atas ayah. Allah berfirman,

    وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
    “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman : 14)

    Imam Asy Syarbini, seperti juga dikatakan Syaikh Muhammad bin Amin, “Ibu disebutkan secara khusus karena menanggung beban berat dan banyak dari rasa sakit dan kesulitan dalam melahirkan, menyusui, dan mengasuh.” Ar Razi mengatakan, “Karena itu hak ibu lebih agung.”

    Baca Juga:
    Begitulah Al Qur’an bicara soal keutamaan ibu. Demikian pula, ketika Al Qur’an hendak memberitakan kepada kita dalamnya cinta ibu kepada anak-anaknya, dan besarnya kasih sayang dan kelembutannya kepada mereka, kembali Al Qur;an menyebutnya dengan kata “umm”. Allah berfirman,

    وَأَصْبَحَ فُؤَادُ أُمِّ مُوسَىٰ فَارِغًا ۖ إِن كَادَتْ لَتُبْدِي بِهِ لَوْلَا أَن رَّبَطْنَا عَلَىٰ قَلْبِهَا لِتَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
    ‘Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah).“ (QS. Al Qashahs : 10)

    Dan ketika Al Qur’an menceritakan betapa bahagianya ibunda Musa setelah bertemu kembali anaknya, Al Qur’an juga menggunakan kata “umm”.  Allah berfirman,

    إِذْ تَمْشِي أُخْتُكَ فَتَقُولُ هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَىٰ مَن يَكْفُلُهُ ۖ فَرَجَعْنَاكَ إِلَىٰ أُمِّكَ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلَا تَحْزَنَ ۚ وَقَتَلْتَ نَفْسًا فَنَجَّيْنَاكَ مِنَ الْغَمِّ وَفَتَنَّاكَ فُتُونًا ۚ فَلَبِثْتَ سِنِينَ فِي أَهْلِ مَدْيَنَ ثُمَّ جِئْتَ عَلَىٰ قَدَرٍ يَا مُوسَىٰ
    “(yaitu) ketika saudaramu yang perempuan berjalan, lalu ia berkata kepada (keluarga Fir’aun): “Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang akan memeliharanya?” Maka Kami mengembalikanmu kepada ibumu, agar senang hatinya dan tidak berduka cita. Dan kamu pernah membunuh seorang manusia, lalu Kami selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan; maka kamu tinggal beberapa tahun diantara penduduk Madyan, kemudian kamu datang menurut waktu yang ditetapkan hai Musa,” (QS. Thaha : 40)

    Ketika menunjukkan kesucian dan kemuliaan para istri Rasulullah SAW, Al Qur’an pun menyebut mereka dengan “al Ummahat”, bukan “al walidat”. Allah berfirman,

    النَّبِيُّ أَوْلَىٰ بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنفُسِهِمْ ۖ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ ۗ وَأُولُو الْأَرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَىٰ بِبَعْضٍ فِي كِتَابِ اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ إِلَّا أَن تَفْعَلُوا إِلَىٰ أَوْلِيَائِكُم مَّعْرُوفًا ۚ كَانَ ذَٰلِكَ فِي الْكِتَابِ مَسْطُورًا
    “Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmim dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama). Adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Allah).” (QS. Al Ahzab : 6)

    Al Qur’an yang lafaz-lafaznya kaya makna, begitu dalam menjelaskan kepada kita tentang ibu. Maka selamilah itu, agar kita bisa lebih memahami ibu, keajaiban yang Allah karuniakan kepada kita.

    Sabtu, 08 April 2017

    Untuk Para Orang Tua, Ini Bahaya Mengejutkan Bila Mencium Anak Pada Bibir Dari Medis dan Hukumnya Dalam Islam... Bantu Share Ya...


    Bingkai Redaksi - Buah hati memang haruslah kita didik dan kita sayangi. Banyak cara mengekspresikan rasa sayang tersebut dan yang paling umum adalah menciumnya. Bunda mencium anak kita memang boleh saja, tapi sebaiknya hindari pada area bibir. Kenapa demikian? Ternyata ada bahaya tersendiri apabila seseorang melakukannya. Ini dia ketiga bahayanya Seperti yang dikutip dari Islampos.

    1. Bibir Merupakan Area Sensitif dan Mengundang Syahwat
    Dr Charlotte Reznick, seorang penulis, psikolog pendidikan dan anak di Universitas California Los Angeles ,UCLA, memberikan komentarnya mengenai efek buruk jika terlalu sering mencium anak-anak di bibir. “Saat seorang anak mencapai 4 atau 5 atau 6 dan pada usia sekitar itu kesadaran seksualnya mulai muncul (dan beberapa anak-anak kesadaran seksualnya muncul lebih awal, terkadang muncul pada usia 2 atau 3). Dan ciuman di bibir akan mendorong kesadaran seksual (syahwat) mereka,” kata Reznick. “Jika saya harus menjawab kapan harus berhenti mencium anak-anak Anda di bibir, jawabanya adalah sekarang,” lanjutnya.

    2. Bukan Sunnah Rasulullah
    Mencium pipi merupakan bentuk kasih sayang orangtua pada anaknya. Maka hal ini diperbolehkan sering-sering dilakukan. Sedangkan mencium anak di bibir sebaiknya mulai dihentikan jika sudah terbiasa melakukannya. “Aku masuk bersama Abu Bakar menemui keluarganya, ternyata Aisyah putrinya sedang berbaring karena diserang sakit panas yang tinggi. Maka aku melihat ayahnya, Abu Bakar, mencium pipinya seraya bertanya, ‘Bagaimana keadaanmu, wahai putriku?’” (HR. Al-Bukhari no. 3918).

    3. Banyak Sekali Kuman Dalam Mulut dan Bibir
    Ada bayi yang terkena penyakit karena sering diciumi bibirnya. Ingatlah bahwa mulut bisa mentransfer kuman lewat ciuman bibir, karena kuman tersebut bisa masuk ke dalam tubuh. Oleh sebab itu, marilah dari sekarang kita hentikan mencium anak di bibirnya. Jika mau mengekspresikan rasa sayang, maka lebih baik di pipinya saja dan memeluknya dengan penuh kehangatan. Sehingga, anak pun merasakan kasih sayang itu.

    Sudah jelas kan… jangan sampai melakukannya lagi ya bunda. Jangan biarkan juga orang lain mencium anak anda pada area bibir. 

    Jumat, 07 April 2017

    JARANG DIKETAHUI !! Tertutup dan Tak Mau Difoto, Ini 5 Fakta Tentang Istri Zakir Naik


    Kedatangan penceramah asal India, Dr Zakir Naik ke Indonesia cukup disambut antusias umat muslim di tanah air. Safari dakwah Zakir Naik di beberapa kota di Indonesia dibanjiri peserta. Tak banyak yang tahu jika kedatangan Zakir Naik ke Indonesia turut didampingi keluarganya. Mereka adalah istri, dua putri dan satu putranya.

    Baca Juga:
    Pada kuliah umum Dr Zakir Naik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), tampak sang istri juga hadir mendampinginya saat memasuki gedung sportarium UMY, Senin (3/4/2017). Namun istri dan putri Zakir Naik tak begitu disorot. Pasalnya baik istri maupun putrinya tak mau difoto. Istri Zakir Naik bernama Farhat Naik. Berikut fakta-fakta tentangaya.

    1. Seorang Daiyah

    Farhat Naik, bukanlah sekadar seorang istri dan ibu dari putra-putrinya. Seperti suaminya, ia juga seorang daiyah yang berpengalaman dalam mendakwahkan Islam di kalangan perempuan.

    2. Tak Mau Difoto Saat Ceramah

    Ippho Santosa, seorang penulis, pembicara, dan pengusaha yang ikut mendampingi Zakir Naik selama di Indonesia mengungkapkan istri Zakir Naik tak mau di-syut kamera.

    “Satu aturan dari Dr #ZakirNaik, peserta wanita hanya boleh di-syut sekilas dan tidak boleh di-zoom. Istri dan putrinya bahkan tdk mau difoto,” tulis penulis buku 7 Keajaiban Rezeki ini di akun twitternya.

    3. Susah Menemukannya Di Internet

    Ippho Santosa menambahkan istri dan kedua putri Zakir Naik tidak mau difoto di mana pun kapan pun. Bahkan kalau kita googling, hampir-hampir tidak ada foto mereka di internet. Saat si istri jadi pembicara, ia memastikan seluruh peserta dan panitia adalah wanita. Tak boleh ada pria. Dan tak boleh pula ada pengambilan foto.

    “Di tengah merebaknya budaya narsis di media sosial dan godaan populer di media massa, kita pun heran, kok masih ada orang-orang seperti ini?,” tulis Ippho.

    “Siapakah mereka? Mereka tak lain adalah istri dari Dr Zakir Naik beserta kedua putrinya. Dan ini bukan kata orang,” tulisnya lagi.



    Mundur dari PNS dan Jabatannya Hilang Gegara Pilgub Jakarta, Inilah Pekerjaan Baru Sylviana Murni


    Sylviana Murni (58) memutuskan mundur sebagai pegawai negeri sipil dan dari jabatan Deputi Gubernur Bidang Pariwisata dan Kebudayaan Pemprov DKI Jakarta. Keputusan itu diambil lantaran dia mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 berpasangan dengan Agus Harimurti Yudhoyono (38).

    Agus juga mundur sebagai prajurit TNI Angkatan dan dari jabatannya sebagai Danyonif Mekanis 203/Arya Kemuning. Namun, dalam kontestasi politik terbesar di DKI Jakarta tersebut, keduanya kalah.

    Merekea menjadi peraih suara terbuncit pada putaran pertama. Risiko pun harus mereka terima; gagal terpilih sebagai gubernur dan wakil gubernur serta kehilangan jabatan dan pekerjaan. Saat pemilihan putaran pertama berlalu dan kini dua pasangan calon, yakni Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat dengan Anies Rasyid Baswedan dan Sandiaga Salahuddin Uno bertarung pada putaran kedua, nasib Agus dan Sylviana belum jelas.

    Agus kini belum memiliki pekerjaan baru, begitu pula dengan Sylviana. Namun, sambil menghabiskan hari-harinya pasca-Pilkada, Sylviana rupanya memiliki kesibukan lain. None Jakarta tahun 1981 tersebut nyambi sebagai fotografer amatiran. Hasil jepretannya pun di-posting melalui akunnya pada Instagram @sylvianamurni_. Berikut foto-foto hasil jepretan kamera Mpok Sylvi.