Seringkali wanita menangis karena pria, entah karena dikecewakan oleh sikapnya, atau dilukai dengan perkataannya, bahkan ditinggalkan. Ada sebuah renungan yang mungkin sangat berarti untuk dibagikan pada seluruh sahabat agar lebih menghormati dan menghargai wanita.
Suatu hari, seorang pria berdoa dalam keadaan marah dan emosi. Ia sebal pada pasangannya yang seringkali menangis dan memanfaatkan air mata di setiap perdebatannya. Ia bosan. Sungguh bosan.
Baca Juga:
Melahirkan, Perjuangan Hidup Mati Ibu untuk Sang Buah Hati
Perjuangan seorang ibu untuk melahirkan sang buah hati sering diibaratkan sebagai perjuangan hidup dan mati. Mungkin agak berlebihan, tetapi tidak bisa dipungkiri ada banyak risiko yang dihadapi para ibu selama proses persalinan.
Bayangkan saja, sejak bulan-bulan pertama kehamilan sang ibu sudah harus merasakan morning sickness atau mual muntah dan gampang pusing di pagi hari. Belum lagi jika ngidam makanan yang susah dicari, si ibu jugalah yang menanggung semuanya.
Kurang lebih 9 bulan kemudian, fase melahirkan pun tiba dan perjuangan hidup dan mati segera dimulai. Nyeri perut bagian bawah akan menjalar sampai ke belakang, disertai rasa ingin buang air besar yang disertai keluarnya lendir atau bahkan darah.
Fase ini bisa berlangsung selama 12 jam untuk anak pertama, atau lebih pendek yakni sekitar 6 jam untuk anak kedua dan seterusnya. Selama itu pula, ibu menahan rasa sakit hingga pecah ketuban. Kadang-kadang, ketuban pecah duluan sebelum fase melahirkan selesai.
Besaran rasa sakit saat melahirkan bersifat sangat individual. Ini sangat wajar. Di ujung masa kehamilan, otot-otot di daerah rahim akan berkontraksi untuk membuka jalan lahir bagi bayi. Saat berkontraksi, otot akan mengerut kencang sehingga menghambat aliran darah di dalamnya.
Ingin tahu seperti apa rasanya? Kesakitan yang ditimbulkan oleh kontraksi otot rahim kurang lebih mirip dengan rasa yang muncul ketika jemari diikat karet dengan kencang. Terhentinya aliran darah, itulah yang menyakitkan. “Melahirkan memang sakit dan itu pasti,” jelas dr Achmad Mediana SpOG.
Tiap perempuan akan mengalami rasa sakit yang berbeda derajatnya sepanjang proses melahirkan. Ada yang di pembukaan satu dan dua saja sudah sangat kesakitan. “Tetapi, ada juga yang sudah bukaan delapan hingga bayi keluar sempurna, justru tak merasakan sakit yang berarti,” ucap dokter spesialis kebidanan dan kandungan yang berpraktik di Kemang Medical Centre ini.
Meski demikian, Dr Frits tidak tahu persis mengapa disebut sebagai perjuangan hidup dan mati. Dalam prosesnya memang terkadang terasa sangat sakit, namun semua itu terbayar lunas dengan kebahagiaan saat buah hatinya lahir dalam kondisi sehat.
Bayangkan saja, sejak bulan-bulan pertama kehamilan sang ibu sudah harus merasakan morning sickness atau mual muntah dan gampang pusing di pagi hari. Belum lagi jika ngidam makanan yang susah dicari, si ibu jugalah yang menanggung semuanya.
Kurang lebih 9 bulan kemudian, fase melahirkan pun tiba dan perjuangan hidup dan mati segera dimulai. Nyeri perut bagian bawah akan menjalar sampai ke belakang, disertai rasa ingin buang air besar yang disertai keluarnya lendir atau bahkan darah.
Fase ini bisa berlangsung selama 12 jam untuk anak pertama, atau lebih pendek yakni sekitar 6 jam untuk anak kedua dan seterusnya. Selama itu pula, ibu menahan rasa sakit hingga pecah ketuban. Kadang-kadang, ketuban pecah duluan sebelum fase melahirkan selesai.
Besaran rasa sakit saat melahirkan bersifat sangat individual. Ini sangat wajar. Di ujung masa kehamilan, otot-otot di daerah rahim akan berkontraksi untuk membuka jalan lahir bagi bayi. Saat berkontraksi, otot akan mengerut kencang sehingga menghambat aliran darah di dalamnya.
Ingin tahu seperti apa rasanya? Kesakitan yang ditimbulkan oleh kontraksi otot rahim kurang lebih mirip dengan rasa yang muncul ketika jemari diikat karet dengan kencang. Terhentinya aliran darah, itulah yang menyakitkan. “Melahirkan memang sakit dan itu pasti,” jelas dr Achmad Mediana SpOG.
Tiap perempuan akan mengalami rasa sakit yang berbeda derajatnya sepanjang proses melahirkan. Ada yang di pembukaan satu dan dua saja sudah sangat kesakitan. “Tetapi, ada juga yang sudah bukaan delapan hingga bayi keluar sempurna, justru tak merasakan sakit yang berarti,” ucap dokter spesialis kebidanan dan kandungan yang berpraktik di Kemang Medical Centre ini.
Meski demikian, Dr Frits tidak tahu persis mengapa disebut sebagai perjuangan hidup dan mati. Dalam prosesnya memang terkadang terasa sangat sakit, namun semua itu terbayar lunas dengan kebahagiaan saat buah hatinya lahir dalam kondisi sehat.
Saat ini sudah diciptakan alat yang mampu memberikan rasa yang hampir sama dengan apa yang dirasakan para ibu ketika akan melahirkan. Walaupun tidak 100% sama, alat ini dapat memberikan tingkatan sakit yang berbeda ketika melahirkan normal yang cepat dan rasa sakit ketika janin sulit keluar yang biasanya dokter memutuskan untuk operasi.
Pada video dibawah beberapa pria mencoba merasakan alat tersebut untuk merasakan rasa sakit yang dirasakan para wanita ketika melahirkan. Kuat kah para pria tersebut?
Semoga Video ini dapat menjadi renungan kita bersama bagaimana perjuangan para ibu dalam melahirkan anaknya kedunia yang inidah ini... Amiinn
Berikut videonya :
Baca Juga:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar